AIR DAN KEHIDUPAN, UNTUK INDONESIA YANG LEBIH SEHAT

OLEH
A’RAAF GAUFAR
              
               

       Tak dapat dipungkiri bahwa air adalah sumber daya alam yang memiliki multi guna dalam kehidupan manusia, selain untuk dikonsumsi (minum, keperluan memasak, mandi dan mencuci) juga berguna untuk kelangsungan produksi (pertanian dan pembangkit listrik, media transportasi dan lain-lain). Dalam hubungan itu, mungkin ada banyak barang atau sumber daya alam yang juga memiliki multi guna, akan tetapi sumber daya air memiliki sifat kegunaan fundamental dalam bagi kelangsungan hidup dan kesehatan manusia. Keberadaan dan kualitas air berpengaruh langsung terhadap kelangsungan hidup dan kesehatan manusia. Oleh karena itu, untuk menjamin kelangsungan kehidupan dan kesehatan manusia, ketersediaan air bersih yang dapat dijangkau menjadi mutlak bagi setiap orang.

        Pada masa lalu, penjamin ketersediaan dan kerterjangkauan air bersih mungkin tidak menjadi masalah yang prioritas, karena air tersedia masih banyak dan mudah diakses. Akan tetapi sekarang ini, seiring dengan peningkatan jumlah penduduk, penyempitan lahan penyerap air, kerusakan hutan dan peningkatan pencemaran air, air bersih menjadi mulai terbatas, di berbagai daerah telah banyak terjadi krisis air. Bahkan komite PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) untuk HESB mengatakan sekarang ini telah lebih dari 1 miliar orang mengalami kekurangan akses terhadap suplai air, miliaran orang juga tidak memiliki akses terhadap sanitasi yang layak, yang mana keadaan tersebut selain semakin memperburuk kemiskinan yang telah ada juga telah memperbanyak penyakit.
            

          Sanitasi dan perilaku kebersihan yang buruk serta air minum yang tidak aman berkontribusi terhadap 88 persen kematian anak akibat diare di seluruh dunia. Bagi anak-anak yang bertahan hidup, seringnya menderita diare berkontribusi terhadap masalah gizi, sehingga menghalangi anak-anak untuk dapat mencapai potensi maksimal mereka. Kondisi ini selanjutnya menimbulkan implikasi serius terhadap kualitas sumber daya manusia dan kemampuan produktif suatu bangsa di masa yang akan datang.

Di Indonesia, diare masih merupakan penyebab utama kematian anak berusia di bawah lima tahun. Laporan Riskesdas 2007 menunjukkan diare sebagai penyebab 31 persen kematian anak usia antara 1 bulan hingga satu tahun, dan 25 persen kematian anak usia antara satu sampai empat tahun. Angka diare pada anak-anak dari rumah tangga yang menggunakan sumur terbuka untuk air minum tercatat 34 persen lebih tinggi dibandingkan dengan anak-anak dari rumah tangga yang menggunakan air ledeng, Selain itu, angka diare lebih tinggi sebesar 66 persen pada anak-anak dari keluarga yang melakukan buang air besar di sungai atau selokan dibandingkan mereka pada rumah tangga dengan fasilitas toilet pribadi dan septik tank.
Peran penting kebersihan sering diabaikan. Kematian dan penyakit yang disebabkan oleh diare pada umumnya dapat dicegah. Bahkan tanpa perbaikan pada sistem pengairandan sanitasi, mencuci tangan secara tepat dengan menggunakan sabun dapat mengurangi resiko penyakit diare sebesar 42 sampai 47 persen.


Situasi masyarakat miskin perkotaan perlu mendapatkan perhatian segera. Di daerah-daerah kumuh perkotaan, sanitasi yang tidak memadai, praktek kebersihan yang buruk, kepadatan penduduk yang berlebihan, serta air yang terkontaminasi secara sekaligus dapat menciptakan kondisi yang tidak sehat. Penyakit-penyakit terkait dengan ini meliputi disentri, kolera dan penyakit diare lainnya, tipus, hepatitis, leptospirosis, malaria, demam berdarah, kudis, penyakit pernapasan kronis dan infeksi parasit usus. Selain itu, keluarga miskin yang kurang berpendidikan cenderung melakukan praktek-praktek kebersihan yang buruk, yang berkontribusi terhadap penyebaran penyakit dan peningkatan resiko kematian anak. Studi tentang “mega-kota” Jakarta (yang disebut Jabotabek),i Bandung dan Surabaya pada tahun 2000 menunjukkan bahwa penduduk miskin yang tinggal di daerah pinggiran kota Jakarta kurang berpendidikan dibandingkan warga Jakarta sendiri, dan memiliki tingkat tamat sekolah menengah hanya seperempat dari mereka yang tinggal di pusat kota. Studi yang sama menghitung angka kematian anak sampai lima kali lebih tinggi di kecamatan-kecamatan miskin di pinggiran kota Jabotabek daripada di pusat kota Jakarta.

Lalu bagaimana dengan ketersediaan dan kualitas Air di Indonesia ?
         
         Ketersediaan air berhubungan dengan banyak air yang dapat dimanfaatkan dengan kebutuhan Air tawar, sebagai air bersih, bersumber dari curah hujan yang kemudian tertampung pada danau, situ, sungai, maupun cekungan air tanah. Indonesia memiliki lebih dari 500 danau dengan danau Toba, sebagai danau terluas yang memiliki luas lebih dari 110 ribu hektar. Cekungan air di Indonesia diperkirakan mempunyai total volume sebesar 308 juta meter kubik.

         Dari data tersebut Indonesia tidak terbantahkan sebagai negara yang kaya akan ketersediaan air. Sayangnya potensi ketersediaan air bersih dari tahun ke tahun cenderung berkurang akibat rusaknya daerah tangkapan air dan pencemaran lingkungan yang diperkirakan sebesar 15–35% per kapita per tahun. Padahal di lain pihak kecenderungan konsumsi air bersih justru naik secara eksponensial.
Kualitas air berkaitan dengan kelayakan pemanfaat air untuk untuk berbagai kebutuhan. Kualitas air juga berhubungan dengan volume dan daya pulih air (self purification) untuk menerima beban pencemaran dalam jumlah tertentu. Dan kelayakan air, terutama untuk minum, di Indonesia telah mencapai ambang yang sangat memprihatinkan.

      Mengatasi krisis air bersih. Berdasarkan kondisi air (kualitas maupun ketersediaan) di Indonesia, potensi sebagai negara yang kaya air tidak mampu menghindarkan Indonesia dari krisis air bersih. Setiap kali musim kemarau tiba berbagai daerah mengalami kekeringan air. Bahkan ketika musim penghujan pun krisis air bersih tetap mengintai lantaran surplus air yang kerap mengakibatkan banjir sehingga sumber air tidak dapat termanfaatkan.

           Krisis air bersih membuat sebagian besar penduduk Indonesia musti mengkonsumsi air yang seharusnya tidak layak minum. United States Agency for International Development (USAID) dalam laporannya (2007), menyebutkan, penelitian di berbagai kota di Indonesia menunjukkan hampir 100 persen sumber air minum kita tercemar oleh bakteri  E Coli dan Coliform.

       Untuk mengatasi krisis air bersih paya penyelamatan lingkungan, termasuk di antaranya  penyelamatan sumber-sumber air, harus dilakukan secara terintegrasi dan berkelanjutan. Upaya penyelamatan lingkungan demi mengatasi krisis air bersih dapat dilakukan melalui:
Menggalakkan gerakan hemat air.

        Menggalakkan gerakan menanam pohon seperti one man one tree (selama daur hidupnya pohon mampu menghasilkan 250 galon air). Konservasi lahan, pelestarian hutan dan daerah aliran sungai (DAS). Pembangunan tempat penampungan air hujan seperti situ, embung, dan waduk sehingga airnya bisa dimanfaatkan saat musim kemarau. Mencegah seminimal mungkin air hujan terbuang ke laut dengan membuat sumur resapan air atau lubang resapan biopori. Mengurangi pencemaran air baik oleh limbah rumah tangga, industri, pertanian maupun pertambangan. Pengembangan teknologi desalinasi untuk mengolah air asin (laut) menjadi air tawar.
Dan kesemua itu musti dilakukan secara terintegrasi, berkelanjutan dan sesegera mungkin kecuali kalau kita memang menikmati dan bangga dengan krisis air bersih di negara yang kaya air.

Lalu upaya apa yang harus dilakukan agar kita tidak kekurangan air ?

         Upaya penyelematan lingkungan termasuk di antaranya dengan penyelamatan sumber-sumber air, harus dilakukan secara berkelanjutan. upaya penyelematan lingkungan untuk mengatasi krisis air bersih dapat dilakukan dengan berbagai cara, Seperti : Menggalakan hemat air, melakukan penanaman pohon seperti one man one tree, konservasi lahan, pelestarian hutan dan daerah aliran sungai. yang harusnya dilakukan pembangunan tempat penampungan air hujan seperti waduk sehingga air bisa dimanfaatkan saat musim kemarau. mencegah krisis air seminimal mungkin dengan memanfaatkan air hujan yang terbuang ke laut dengan membuat sumur resapan air atau lubang resapan biopori. cara lain untuk melindungi air bersih adalah dengan mengurangi pencemaran air baik itu oleh limbah industri, rumah tangga, pertanian dan pertambangan. hal semacam inilah yang perlu ditindak lanjuti oleh pemerintah kita saat ini, yang mana pembuangan limbah industri, rumah tangga, pertambangan dll masih saja dilakukan. padahal dampak dari pembungan limbah tentu sangat fatal bagi kehidupan manusia itu sendiri. dengan dibuatnya ancaman pidana dan denda sebesar-sebesarnya bagi pelaku tindakan seperti inilah yang harus dilakukan agar lingkungan kita bisa terjaga dari oknum-oknum yang berusaha untuk merusak lingkungan dan sumber alam yang ada.

tentu semua hal seperti diatas harus dilakukan secara keseluruhan dan continue oleh manusia.




Sumber :


  1. INDIKATOR HAK ATAS AIR, LP3ES 2010
  2. RINGKASAN AIR BERSIH 2014.PDF
  3. http://Alamendah.org

3 comments:

  1. air bersih di indonesia,semakin lama semakin langka
    dampaknya semakin kurang bagus untuk kesehatan :(

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terimakasih sudah mampir di Blog saya. Terkait dengan langkanya atau berkurangnya air bersih untuk Masyarakat hal inilah yang menjadi permasalahan yang harus di atasi oleh Pemerintah maupun Rakyatnya itu sendiri. Pemerintah yang mulai membangun Instalasi perairan dari gunung ke perdesaan. agar akses masyarakat mendapatkan air bisa lebih mudah. dan juga Masyarakatnya, Harus bisa menjaga sumber air sebaik-baiknya dengan cara tidak mencemari air dengan membuang sampah sembarangan dll. :)

      Delete
  2. Artikel yang menarik. Air sebagai sumber Kehidupan memang tak selamanya ada. terlebih jikalau kita sekarang ini membuang-buang air begitu saja. tapi kita lihat bahwa ada saudara-saudara kita di Bagian Timur sana terutama selalu Luput dari Air. dan Susah untuk mencari Air. Artikelnya berguna gan. disana dilengkapi dengan tindakan apa yang harus dilakukan oleh Pemerintah untuk warganya. Keren

    ReplyDelete

Powered by Blogger.